May 10, 2006

[cewek] males OR nih!!

Berdasarkan survei yang tidak jelas yang gw lakukan. Survei yang diambil secara random, sembarangan, dan gw lupa kepada cewek mana aja yang jadi ajang survei gw. Btw, hasilnya cewek itu kebanyakan males OR. Terutama jogging. WAduh sungguh mengecewakan hasil surveinya. Apa jadinya kalo males OR? Badan jadi lemes. Trus, terutama aktivitas sex akan berkurang. Padahal sex adalah salah satu faktor yang dapat menambah keharmonisan rumah tangga suami istri. Selain itu, gw pernah denger ada cewek yang sering keguguran, maka dianjurkan oleh dokter untuk OR naik turun tangga sehingga dapat memperkuat rahim. Oiya, ngomong2 tentang tentang kehamilan. Gw pernah dapat info dari ibu guru biologi (Bu Hanumah) waktu smu dulu. Cewek yang terlalu berbodi gitar akan lebih sulit melahirkan. Oleh karena itu, bagi kami cowok2 cari istri yang memiliki pinggul agak lebar ke samping dan pinggang yang tidak terlalu kecil.

Btw, bt ga sih kalo seandainya punya cewek yang males OR. Alhasil cewek ini lemah secara fisik. Mo diajak jalan, alasan capek. Diajak jalan jauh ngeluh mulu coz gampang pegel kakinya. Trus, gw paling suka jogging. Pasti dia ga akan kuat, jogging ma gw. Gw bingung ma cewek2 seperti itu. Males banget OR. Gw setuju banget ma konsep untuk mendapatkan power harus dilakukan empowerment. Untuk mendapatkan kekuatan maka kekuatan harus diberdayakan. Untuk sehat maka OR. Kalo mo dapat badan sehat, maka harus memberdayakan kekuatan fisik untuk OR. Konsep ini juga berlaku ke hal2 lain. Misal untuk pintar harus belajar. Supaya dapat kekuatan otak cerdas, maka harus memberdayakan kekuatan otak untuk belajar. Untuk menjadi sorang good problem solver, maka haru terbiasa menyelesaikan berbagai masalah (kacian juga, berarti ni orang banyak masalah). If we want to know how much power do we have, we should challanging our power to the limit and this limit always will growth. Just Like "Karl Marx" said the truthness will be growth after someone prove something better. But doesn't mean the truthness before is failed, the truthness before is guide to new better truthness.

Balik lagi ke masalah cewek yang males OR. Gw terkadang mikir gini masa segitu doang ga kuat. Dalam hati gw berkata lo blom tau aja yang pernah gw alamin. GW pernah ikut salah satu bela diri. Pemanasannya aja disuruh 8kali keliling lapangan sepak bola. Trus meningkat tiap pertemuan, jadi 10x, 15x, 20x, 23x, 25x. Setelah itu ada acara push-up segala mpe 50x. Sit up, dengan kaki di taruh pada leher temen. trus lari lagi, bolak balik 10m sambil gendong temen di pundak. Rolling ke depan 10m. Rolling ke belakang 10m. jalan 10m dengan tangan sambil kaki dipegang teman dari belakang. Trus ada acara kuda2 segala. Yang bikin kaget ternyata guru bela diri itu, nyuruh temen kita supaya diri di paha kita yang sedang posisi kuda2. Aduh mana pasangan adalah uda (sebutan kakak laki2 bagi orang padang) gw yang punya berat badan 80-an kg. Yang semakin bikin kaget, setelah itu kita disuruh jalan sambil kuda2 tentunya temen masih berdiri di paha kita sejauh 10m. Sampe rumah, harus cuci baju. Ga mungkin nyokap yang nyuci baju yang penuh dengan tanah2 itu. Kasihan nyokap, kayaknya bakal ga kuat. Dengan segala sisa kekuatan, akhir2 nyuci baju selesai.

Di situlah gw mencapai limit fisik gw. Di saat mencapai limit terasa emosi meningkat. Tapi, bila tidak dikontrol emosi itu maka akan keluar ke hal2 yang tidak berguna. Seperti marah2 ga jelas dan pastinya nyuci baju ga bakal selesai. Memang butuh perjuangan untuk menyalurkan energi negatif itu menjadi enegi positif. Kesimpulannya disaat limit sekalipun, kita masih ada energi. Asalkan kita tahu bagaimana cara mengeluarkannya.

Gw sendiri pernah mengatakan kepada seseorang bahwa disaat lemah sekalipun seseorang masih memiliki emosi. Lalu bukankah emosi itu adalah energi. Kesimpulannya walaupun disaat lemah seolah-olah tidak memiliki energi bahwa sesungguhnya ia masih memiliki energi. Ini gw katakan kepada cewek2, yang waktu itu gw semangatin untuk jalan kaki yang sangat jauh agar mencapai villa setelah pergi ke air terjun sebelumnya. Gw ngomong gini "Kesel kan lo ga nyampe2, masih jauh lagi, dari kekesalan lo itu bisa ga dialihin supaya lo semakin ingin jalan kaki".

Pikiran kita

Baru-baru ini aku berkunjung ke rumah teman. Pada suatu pembicaraan ia menyebutkan dan ia menyakini akan hal ini, yaitu bahwa “We are what you think”. Anda adalah apa yang anda pikirkan.

Pada saat itu saya menyadari bahwa selama ini diri saya dan kepribadian saya terbentuk dari segala yang saya pikirkan tentang diri saya. Selama ini prestasi belajar saya mulai dari SD sampai SMA dan lulus UMPTN boleh dikatakan baik. Karena selama itu saya menganggap ulangan, ujian, ebtanas, UMPTN adalah hanya sekedar permainan dan saya harus selalu menjadi pemenang. Saya mengeluarkan seluruh kemampuan saya untuk menjadi pemenang.

Bukan hanya saya saja yang mengalami hal ini, tentu saja orang-orang lain juga mengalaminya. Ada orang selalu berpikir tentang keberhasilan bahwa ia selalu berhasil. Ada orang yang berpikir bahwa apapun yang dilakukannya ia selalu gagal. Akibatnya adalah orang yang berpikir akan berhasil lebih sering berhasil dan orang yang berpikir gagal akan lebih sering gagal.

Saya mempercayai bahwa apabila kita berpikir untuk berhasil, kita akan mengeluarkan suatu energi ekstra untuk diri kita sehingga akan lebih mudah dalam melakukan suatu kegiatan. Karena bila kita berpikir akan berhasil akan terbayang oleh kita betapa menyenangkan, betapa bahagia mencapai keberhasilan. Apabila kita merasa bahagia, tubuh akan mengeluarkan suatu cairan kimia sehingga tubuh mempunyai energi tambahan dan otak menjadi lebih segar karna kebutuhan untuk oksigen terpenuhi.

Namun, begitu pula sebaliknya. Apabila kita berpikir kegagalan. Otak akan mengeluarkan cairan untuk tubuh sehingga tubuh dan otak menjadi tidak optimal. Otak sulit untuk berpikir, sulit untuk mengeluarkan kreativitas , dan badan menjadi lesu. Pada saat kita melakukan kegiatan, kegiatan itu menjadi begitu sulit untuk diwujudkan.

Saya pernah membaca cerita tentang seorang koboi. Koboi ini berpetualang ke kota untuk menjadi orang yang berhasil. Ia tidak mempunyai kemampuan apa-apa, akan tetapi ia mempunyai keyakinan yang tinggi bahwa ia akan berhasil. Pada saat itu ia melamar suatu perusahaan yang memasang telepon rumah. Begitu ditanya apakah pengalamannya dan sudah berapa lama ia bekerja. Ia menjawab bahwa ia tidak mempunyainya dan ia meminta untuk diberi kesempatan, ia menyakinkan pemilik perusahaan itu bahwa ia adalah orang yang dicari dan ia akan memajukan perusahaan itu. Selama ia bekerja ia selalu memulai pekerjaannya dengan menyakinkan dirinya bahwa ia akan berhasil. Setelah beberapa lama bekerja ia menjadi orang penting bagi perusahaan itu dan beberapa tahun kemudian ia mempunyai perusahaan sendiri yang sejenis dengan perusahaan tadi dan menjadi partner perusahaan itu.

Andrew Matthews, pengarang buku Being Happy mengatakan hal demikian. “Orang akan menarik segala sesuatu tentang apa yang ia pikirkan”. Di dalam buku itu terdapat sebuah cerita, yaitu: Ada sekolah yang sedang melakukan percobaan terhadap murid-murid dan guru-guru. Semua guru-guru ini adalah guru-guru yang biasa-biasa saja, begitupun dengan murid-muridnya. Guru pertama ditugaskan mengajar ke sebuah kelas yang dikatakan bahwa semua murid di kelas itu adalah murid pilihan semua. Kemudian guru kedua ditugaskan mengajar ke sebuah kelas yang dikatakan bahwa semua murid itu di kelas itu bodoh-bodoh. Setelah beberapa lama mengajar terlihat prestasi murid-murid itu dari kedua kelas tersebut. Guru yang mengira bahwa muridnya pandai semua mempunyai prestasi yang gemilang dan guru yang mengira bahwa muridnya bodoh semua mempunyai prestasi jelek. Setelah kedua guru itu dikatakan hal yang sebenarnya tentang kejadian ini, mereka merasa tidak percaya.

Salah satu tokoh dunia yang terkenal, yaitu Thomas Alfa Edison juga berpikir tentang
keberhasilan pada saat ia membuat lampu pijar. Bahwa lampu pijar yang ia buat akan menyala. Pada saat membuat lampu pijar itu ia melakukan 2000 kegagalan, tetapi ia tidak menyerah, ia berpikir bahwa 2000 kegagalannya adalah adalah 2000 tahapan untuk mencapai keberhasilan. Dan akhirnya ia berhasil membuat lampu pijar.
Apakah yang anda inginkan dari diri Anda? Apakah Anda ingin menjadi pemenang atau pencundang, menjadi orang yang berhasil atau orang yang gagal. Semua tergantung dari diri anda. Bila anda ingin menjadi berhasil, mulai dari sekarang berpikirlah bahwa anda akan berhasil.