Novel Indonesia
Judul:
Test Pack
Pengarang:
Ninit Yunita
Sinopsis:
Perjuangan rumah tangga antara suami dan istri ketika sudah 7 tahun tidak memiliki anak. Mereka berdua sangat ingin memiliki anak. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapat anak. Sang istri selalu melakukan test kehamilan dengan alat test kehamilan di pagi hari setelah pasangan ini bercinta di malam hari sebelumnya. Kecemasan semakin menghantui mereka berdua. Mereka berdua menunjukkannya dengan cara yang berbeda. Walaupun begitu Sang suami lebih memilih bersikap tenang dan tegar sehingga terkesan oleh sang istri bahwa suaminya tidak peduli, apakah memiliki anak atau tidak?
Komentar:
Setelah membaca novel ini gw semakin sayang sama keluarga gw. Selain itu, gw jadi bisa melihat bagaimana ortu gw melihat anak2nya termasuk "gw". Mereka senang memiliki anak seperti kami. Dengan setiap tingkah kami yang akan menjadi penghibur hati mereka. Walau terkadang sikap kami menyebalkan, mereka akan tetap sabar karena satu alasan, yaitu kami adalah darah daging mereka.
Selain itu, diakhir novel ini terdapat beberapa komentar mengenai komitmen. Gw juga pengen ngasih komentar mengenai yang namanya komitmen ini. Menurut gw, komitmen cuman dapat dilakukan oleh orang yang telah menikah karena dengan menikah ia juga melakukan komitmen dengan Allah SWT. Dengan demikian komitmen akan menjadi sakral dan lebih kuat. Gw ga percaya yang namanya komitmen se-blm menikah. Sangat rentan sekali untuk pupus karena tidak ada ikatan yang kuat. selain itu, hati manusia muda mudah berubah-ubah. Jd, gw tidak menyalahkan orang2 yang memutuskan komitmen mereka. Sah-sah aja karena mereka blom menikah. Oiya, menurut gw komitmen itu bukanlah kompromi. Jd, kl memang ingin mempertahankan suatu hubungan lakukanlah janji dengan yang Allah, tidak perlu disebutkan kepada orang yang kita menjalin hubungan dengannya. Kl kita menyebutkan janji tersebut menurut gw itu adalah kompromi.
November 28, 2005
November 16, 2005
Saya Ingin Menulis
Menulis bukanlah suatu keharusan. Tetapi menulis adalah suatu kebutuhan. Setiap manusia mempunyai jalan pikirannya sendiri. Dengan menulis ia dapat mengeluarkan apa pun yang sedang dipikirkannya dalam bentuk tulisan. Terserah ia menggunakan segala macam bahasa, Inggris, Indonesia, Jepang, etc. Bahkan mungkin memakai bahasa gaul.
Selama hidup manusia terus belajar. Terserah orang bilang bahasa-mu aneh, jalan pikiranmu melantur kemana-mana. Satu hal yang pasti dengan tulisan, ia dapat mengambil pelajaran. Jadi, mengapa anda ragu untuk menulis? Tulisan sesuatu mulailah dari sekarang.
Kebanyakan dari kita akan berkomentar seperti ini. Wah, gimana dong saya tidak ada waktu kosong. Mengingat pekerjaan saya yang menumpuk. Mana sempat untuk hal-hal seperti itu. Lagipula saya tidak bisa menulis.
Perlu diingat menulis bukanlah suatu keharusan, suatu beban atau suatu hal yang rumit. Mungkin hal ini akan terasa apabila anda sudah menjadi seorang penulis terkenal yang diburu oleh deadline. Selain itu, penulis perlu juga memikirkan bahasa yang mudah dimengerti orang, jalur berpikir, tata bahasa, dll. Walau hal ini nantinya menjadi pekerjaan editor. Memikirkan itu semua hanya akan membuat kita semakin pusing dan malas untuk menulis.
Menulis adalah suatu penemuan jati diri. Dengan menulis kita akan semakin kenal dengan diri kita sendiri. Apa yang sedang kita pikirkan? Apa jalan hidup kita? Apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Apa keinginan kita? Apa pedoman hidup kita? Apa prinsip hidup kita? Seperti apa anda, nantinya dimasa depan? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang kita temui.
Manusia hanya menjalankan hidup apa adanya. Terkadang manusia malas untuk berpikir, bahkan mungkin ia takut untuk berpikir. Sebagai seorang muslim. Kita sering membaca terdapat manfaat bagi orang-orang yang berpikir.
Bukankah kita berpikir pada saat sekolah, kuliah, dan kerja di kantor. Bukan itu jawaban karena itu semua hanyalah sebagian dari aktivitas manusia. Jadi sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan berpikir? Yang dimaksud berpikir dalam konteks ini adalah mencari tahu keinginan terdalam dari diri kita. Proses berpikir yang mengarah untuk mencari jati diri kita.
Semakin kita menemukan jati diri kita. Kita akan merasakan gairah dalam hidup kita. Kita akan memiliki banyak energi untuk melakukan berbagai hal dalam hidup ini. Itu semua karena kita mengetahui apa yang kita inginkan.
Ibarat melakukan perjalanan dengan memakai perahu layar. Kita akan dapat menemukan tempat yang kita tuju walau segala rintangan menerpa. Entah itu badai, kabut, perompak. Coba bayangkan apabila kita berlayar tanpa tahu tujuan. Kita hanya berputar-putar mengitari lautan. Makan dari hasil memancing di laut. Terus seperti ini dalam waktu lama. Apakah anda tidak bosan? Kebosanan terlalu lama akan membunuh kita perlahan-lahan. Kita tidak akan menghargai hidup kita. Coba bayangkan lagi bagaimana bila anda menjadi seorang perompak. Mengambil harta, makanan, mungkin juga wanita dari perahu layar orang lain. Bukankan hal ini adalah perbuatan yang sangat rendah?
Ketiga peran diatas, yaitu pelayar yang tahu tujuan, pelayar yang tidak tahu tujuan, perompak adalah salah satu peran yang ada di dunia nyata. Seseorang yang tahu tujuan hidupnya, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya, dan seorang jahat yang mengambil hak orang lain.
Coba kita lihat salah satu dunia kita beraktivitas, yaitu dunia kerja. Ketiga peran itu ada di sana. Pertama, seseorang yang tahu tujuan hidupnya. Ia bekerja untuk belajar. Mempelajari sesuatu yang baru. Setelah berhasil mempelajari hal tersebut. Ia akan belajar sesuatu yang baru lagi. Sampai-sampai ia tidak dapat melihat sesuatu yang dapat di pelajari sehingga ia pindah divisi yang lain yang masih berhubungan dengan bidangnya. Bahkan mungkin ia keluar dari kantor dan pindah ke kantor yang lain. Hal ini dilakukan karena ia ingin menjadi seorang ahli di bidang itu dan berkarya menghasilkan sesuatu agar dunia yang kita tempati menjadi dunia yang lebih baik. Atau mungkin ia ingin menjadi pengusaha karena sudah mengetahui seluk-beluk perusahaan dengan mendetail. Atau mungkin ia ingin menggantikan ayahnya meneruskan perusahaan yang telah dibangun oleh ayahnya karena ia sudah memiliki bekal untuk menjadi penerus perusahaan. Semua ini tergantung kita, apakah tujuan besar yang akan kita capai?
Kedua, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya. Walaupun ia bekerja di kantor dengan hasil yang memuaskan. Kemudian, ia juga sudah dipromosikan sehingga naik jabatan. Serta, masih banyak lagi prestasi-prestasi lain yang didapatkan. Ia tetap merasa hampa. Manusia seperti ini akan mencapai kebosanan yang dapat membunuhnya perlahan-lahan. Menguras energinya sehingga ia tidak dapat menghargai hidup, menghargai orang lain, dan menghargai apa yang dimiliki.
Ketiga, seorang jahat yang mengambil hak orang lain. Korupsi ia lakuan. Entah itu korupsi waktu atau uang perusahaan. Tidak peduli apa pun jabatannya. Korupsi akan dilakukan selama ada peluang. Membeli barang untuk perusahaan, nota di-upgrade sehingga “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan penjual barang. Ada project tender, ia akan memilih vendor yang ia kenal, lagi-lagi karna untuk “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan vendor tersebut. Sedang tidak ada “Bos” di kantor, ia malah asik-asikan merokok sambil bercanda gurau di kantin. Ia lupa bahwa ia digaji untuk bekerja. Masih banyak lagi contoh korupsi yang lainnya karena seorang koruptor selalu menemukan celah untuk melakukan kejahatannya.
Penjelasan diatas adalah tiga peran yang ada di dunia kerja. Ketiga peran ini ada dimana-mana, tidak hanya ada di dunia kerja. Akan mudah untuk melihat kita ketiga peran ini, apabila kita terbiasa mengamati tempat kita melakukan aktivitas. Di mana pun kita berada, kita akan mengambil salah satu peran tersebut. Semua tergantung dari kita sendiri.
Carilah jati diri kita dengan menulis.
Selama hidup manusia terus belajar. Terserah orang bilang bahasa-mu aneh, jalan pikiranmu melantur kemana-mana. Satu hal yang pasti dengan tulisan, ia dapat mengambil pelajaran. Jadi, mengapa anda ragu untuk menulis? Tulisan sesuatu mulailah dari sekarang.
Kebanyakan dari kita akan berkomentar seperti ini. Wah, gimana dong saya tidak ada waktu kosong. Mengingat pekerjaan saya yang menumpuk. Mana sempat untuk hal-hal seperti itu. Lagipula saya tidak bisa menulis.
Perlu diingat menulis bukanlah suatu keharusan, suatu beban atau suatu hal yang rumit. Mungkin hal ini akan terasa apabila anda sudah menjadi seorang penulis terkenal yang diburu oleh deadline. Selain itu, penulis perlu juga memikirkan bahasa yang mudah dimengerti orang, jalur berpikir, tata bahasa, dll. Walau hal ini nantinya menjadi pekerjaan editor. Memikirkan itu semua hanya akan membuat kita semakin pusing dan malas untuk menulis.
Menulis adalah suatu penemuan jati diri. Dengan menulis kita akan semakin kenal dengan diri kita sendiri. Apa yang sedang kita pikirkan? Apa jalan hidup kita? Apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Apa keinginan kita? Apa pedoman hidup kita? Apa prinsip hidup kita? Seperti apa anda, nantinya dimasa depan? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang kita temui.
Manusia hanya menjalankan hidup apa adanya. Terkadang manusia malas untuk berpikir, bahkan mungkin ia takut untuk berpikir. Sebagai seorang muslim. Kita sering membaca terdapat manfaat bagi orang-orang yang berpikir.
Bukankah kita berpikir pada saat sekolah, kuliah, dan kerja di kantor. Bukan itu jawaban karena itu semua hanyalah sebagian dari aktivitas manusia. Jadi sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan berpikir? Yang dimaksud berpikir dalam konteks ini adalah mencari tahu keinginan terdalam dari diri kita. Proses berpikir yang mengarah untuk mencari jati diri kita.
Semakin kita menemukan jati diri kita. Kita akan merasakan gairah dalam hidup kita. Kita akan memiliki banyak energi untuk melakukan berbagai hal dalam hidup ini. Itu semua karena kita mengetahui apa yang kita inginkan.
Ibarat melakukan perjalanan dengan memakai perahu layar. Kita akan dapat menemukan tempat yang kita tuju walau segala rintangan menerpa. Entah itu badai, kabut, perompak. Coba bayangkan apabila kita berlayar tanpa tahu tujuan. Kita hanya berputar-putar mengitari lautan. Makan dari hasil memancing di laut. Terus seperti ini dalam waktu lama. Apakah anda tidak bosan? Kebosanan terlalu lama akan membunuh kita perlahan-lahan. Kita tidak akan menghargai hidup kita. Coba bayangkan lagi bagaimana bila anda menjadi seorang perompak. Mengambil harta, makanan, mungkin juga wanita dari perahu layar orang lain. Bukankan hal ini adalah perbuatan yang sangat rendah?
Ketiga peran diatas, yaitu pelayar yang tahu tujuan, pelayar yang tidak tahu tujuan, perompak adalah salah satu peran yang ada di dunia nyata. Seseorang yang tahu tujuan hidupnya, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya, dan seorang jahat yang mengambil hak orang lain.
Coba kita lihat salah satu dunia kita beraktivitas, yaitu dunia kerja. Ketiga peran itu ada di sana. Pertama, seseorang yang tahu tujuan hidupnya. Ia bekerja untuk belajar. Mempelajari sesuatu yang baru. Setelah berhasil mempelajari hal tersebut. Ia akan belajar sesuatu yang baru lagi. Sampai-sampai ia tidak dapat melihat sesuatu yang dapat di pelajari sehingga ia pindah divisi yang lain yang masih berhubungan dengan bidangnya. Bahkan mungkin ia keluar dari kantor dan pindah ke kantor yang lain. Hal ini dilakukan karena ia ingin menjadi seorang ahli di bidang itu dan berkarya menghasilkan sesuatu agar dunia yang kita tempati menjadi dunia yang lebih baik. Atau mungkin ia ingin menjadi pengusaha karena sudah mengetahui seluk-beluk perusahaan dengan mendetail. Atau mungkin ia ingin menggantikan ayahnya meneruskan perusahaan yang telah dibangun oleh ayahnya karena ia sudah memiliki bekal untuk menjadi penerus perusahaan. Semua ini tergantung kita, apakah tujuan besar yang akan kita capai?
Kedua, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya. Walaupun ia bekerja di kantor dengan hasil yang memuaskan. Kemudian, ia juga sudah dipromosikan sehingga naik jabatan. Serta, masih banyak lagi prestasi-prestasi lain yang didapatkan. Ia tetap merasa hampa. Manusia seperti ini akan mencapai kebosanan yang dapat membunuhnya perlahan-lahan. Menguras energinya sehingga ia tidak dapat menghargai hidup, menghargai orang lain, dan menghargai apa yang dimiliki.
Ketiga, seorang jahat yang mengambil hak orang lain. Korupsi ia lakuan. Entah itu korupsi waktu atau uang perusahaan. Tidak peduli apa pun jabatannya. Korupsi akan dilakukan selama ada peluang. Membeli barang untuk perusahaan, nota di-upgrade sehingga “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan penjual barang. Ada project tender, ia akan memilih vendor yang ia kenal, lagi-lagi karna untuk “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan vendor tersebut. Sedang tidak ada “Bos” di kantor, ia malah asik-asikan merokok sambil bercanda gurau di kantin. Ia lupa bahwa ia digaji untuk bekerja. Masih banyak lagi contoh korupsi yang lainnya karena seorang koruptor selalu menemukan celah untuk melakukan kejahatannya.
Penjelasan diatas adalah tiga peran yang ada di dunia kerja. Ketiga peran ini ada dimana-mana, tidak hanya ada di dunia kerja. Akan mudah untuk melihat kita ketiga peran ini, apabila kita terbiasa mengamati tempat kita melakukan aktivitas. Di mana pun kita berada, kita akan mengambil salah satu peran tersebut. Semua tergantung dari kita sendiri.
Carilah jati diri kita dengan menulis.
November 11, 2005
- Kembali pada Kenyataan -
Hidup ini tidak menentu
Karena itu manusia berencana
Merencanakan sesuatu begitu banyak
Merencanakan sesuatu begitu rinci
Terbayang jelas masa depan yang diinginkan
Tanpa sadar larut dalam khayal
Begitu yakin masa depan akan terkabul
Tanpa sadar lupa antara kenyataan dan khayalan
Yakin akan menjadi orang hebat
Sombong, tamak, angkuh, dan egois menggerogoti jiwa
Berusaha dengan daya upaya mencapai cita
Lupa dengan sekitar
Bahkan lupa dengan diri sendiri
Lelah jiwa, pikiran, dan hati
Apakah ini siksa karna dosa?
Beberapa kejadian tidak sesuai rencana
Jiwa, pikiran, dan hati tidak menerima
Aku lupa bahwa Allah yang menentukan
Sekarang aku pasrah pada-Mu
Tapi, aku terus berusaha
Mungkin tadi adalah dosa terbesarku
Menentang takdir Ilahi
Karena itu manusia berencana
Merencanakan sesuatu begitu banyak
Merencanakan sesuatu begitu rinci
Terbayang jelas masa depan yang diinginkan
Tanpa sadar larut dalam khayal
Begitu yakin masa depan akan terkabul
Tanpa sadar lupa antara kenyataan dan khayalan
Yakin akan menjadi orang hebat
Sombong, tamak, angkuh, dan egois menggerogoti jiwa
Berusaha dengan daya upaya mencapai cita
Lupa dengan sekitar
Bahkan lupa dengan diri sendiri
Lelah jiwa, pikiran, dan hati
Apakah ini siksa karna dosa?
Beberapa kejadian tidak sesuai rencana
Jiwa, pikiran, dan hati tidak menerima
Aku lupa bahwa Allah yang menentukan
Sekarang aku pasrah pada-Mu
Tapi, aku terus berusaha
Mungkin tadi adalah dosa terbesarku
Menentang takdir Ilahi
Subscribe to:
Posts (Atom)