December 27, 2005

temen2 cewek nikah

Akhir ini banyak juga temen2 gw yg cewek pada nikah. Gw turut berbahagia sama mereka. Tapi, g iri juga sih. Im' wondering. kapan yah..gw nikah? Kl cewek tinggal nunggu cowok tuk melamar. Kl g sebagai cowok tuk melamar itu butuh berbagai persiapan. Realitas-nya, memang sudah sepantasnya seorang suami memberi nafkah kepada istri dan anak. Gw lagi berusaha menyiapkan diri agar nanti setelah jadi suami bisa memberi nafkah istri dan anak. Tapi, gw ga pengen sekedar itu. Gw ingin memberikan yang terbaik, baik nafkah maupun fasilitas. Gw ingin istri dan anak2 gw dapat bebas berkarya, bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat kepada dunia ini. Makanya, menurut gw "fasilitas" ini penting. Selain itu, apakah nafkah dan fasilitas cukup? Lagi2 menurut blom cukup. Seorang suami itu harus dapat menjadi pemimpin keluarga. Definisi pemimpin rumah tangga berbeda-beda. Kl menurut gw, dapat bijaksana menyelesaikan permasalahan rumah tangga. Dapat menjadi teman bagi istri dan anak. Dapat mendidik istri dan anak supaya menjadi manusia terbaik. Melaksanakan ibadah, mengajarkan hukum-hukum agama dengan berpaku pada Al-Qur'an dan hadist. Kmd, mengajarkan shalat kepada anak-anak. Oiya, satu lagi tentang pride seorang cowok. Mungkin terdengar ga realistis. Tapi, menurut gw pada saat acara pernikahan harus menggunakan duit cowok itu sendiri. Tanpa ada bantuan dari orangtua, saudara, bahkan dari pihak ceweknya. Hmm...if i think all of these. Maybe, i need time to prepare these :)

November 28, 2005

Novel Indonesia "Test Pack"

Novel Indonesia

Judul:
Test Pack

Pengarang:
Ninit Yunita

Sinopsis:
Perjuangan rumah tangga antara suami dan istri ketika sudah 7 tahun tidak memiliki anak. Mereka berdua sangat ingin memiliki anak. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapat anak. Sang istri selalu melakukan test kehamilan dengan alat test kehamilan di pagi hari setelah pasangan ini bercinta di malam hari sebelumnya. Kecemasan semakin menghantui mereka berdua. Mereka berdua menunjukkannya dengan cara yang berbeda. Walaupun begitu Sang suami lebih memilih bersikap tenang dan tegar sehingga terkesan oleh sang istri bahwa suaminya tidak peduli, apakah memiliki anak atau tidak?

Komentar:
Setelah membaca novel ini gw semakin sayang sama keluarga gw. Selain itu, gw jadi bisa melihat bagaimana ortu gw melihat anak2nya termasuk "gw". Mereka senang memiliki anak seperti kami. Dengan setiap tingkah kami yang akan menjadi penghibur hati mereka. Walau terkadang sikap kami menyebalkan, mereka akan tetap sabar karena satu alasan, yaitu kami adalah darah daging mereka.

Selain itu, diakhir novel ini terdapat beberapa komentar mengenai komitmen. Gw juga pengen ngasih komentar mengenai yang namanya komitmen ini. Menurut gw, komitmen cuman dapat dilakukan oleh orang yang telah menikah karena dengan menikah ia juga melakukan komitmen dengan Allah SWT. Dengan demikian komitmen akan menjadi sakral dan lebih kuat. Gw ga percaya yang namanya komitmen se-blm menikah. Sangat rentan sekali untuk pupus karena tidak ada ikatan yang kuat. selain itu, hati manusia muda mudah berubah-ubah. Jd, gw tidak menyalahkan orang2 yang memutuskan komitmen mereka. Sah-sah aja karena mereka blom menikah. Oiya, menurut gw komitmen itu bukanlah kompromi. Jd, kl memang ingin mempertahankan suatu hubungan lakukanlah janji dengan yang Allah, tidak perlu disebutkan kepada orang yang kita menjalin hubungan dengannya. Kl kita menyebutkan janji tersebut menurut gw itu adalah kompromi.

November 16, 2005

Saya Ingin Menulis

Menulis bukanlah suatu keharusan. Tetapi menulis adalah suatu kebutuhan. Setiap manusia mempunyai jalan pikirannya sendiri. Dengan menulis ia dapat mengeluarkan apa pun yang sedang dipikirkannya dalam bentuk tulisan. Terserah ia menggunakan segala macam bahasa, Inggris, Indonesia, Jepang, etc. Bahkan mungkin memakai bahasa gaul.

Selama hidup manusia terus belajar. Terserah orang bilang bahasa-mu aneh, jalan pikiranmu melantur kemana-mana. Satu hal yang pasti dengan tulisan, ia dapat mengambil pelajaran. Jadi, mengapa anda ragu untuk menulis? Tulisan sesuatu mulailah dari sekarang.

Kebanyakan dari kita akan berkomentar seperti ini. Wah, gimana dong saya tidak ada waktu kosong. Mengingat pekerjaan saya yang menumpuk. Mana sempat untuk hal-hal seperti itu. Lagipula saya tidak bisa menulis.

Perlu diingat menulis bukanlah suatu keharusan, suatu beban atau suatu hal yang rumit. Mungkin hal ini akan terasa apabila anda sudah menjadi seorang penulis terkenal yang diburu oleh deadline. Selain itu, penulis perlu juga memikirkan bahasa yang mudah dimengerti orang, jalur berpikir, tata bahasa, dll. Walau hal ini nantinya menjadi pekerjaan editor. Memikirkan itu semua hanya akan membuat kita semakin pusing dan malas untuk menulis.

Menulis adalah suatu penemuan jati diri. Dengan menulis kita akan semakin kenal dengan diri kita sendiri. Apa yang sedang kita pikirkan? Apa jalan hidup kita? Apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Apa keinginan kita? Apa pedoman hidup kita? Apa prinsip hidup kita? Seperti apa anda, nantinya dimasa depan? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang kita temui.

Manusia hanya menjalankan hidup apa adanya. Terkadang manusia malas untuk berpikir, bahkan mungkin ia takut untuk berpikir. Sebagai seorang muslim. Kita sering membaca terdapat manfaat bagi orang-orang yang berpikir.

Bukankah kita berpikir pada saat sekolah, kuliah, dan kerja di kantor. Bukan itu jawaban karena itu semua hanyalah sebagian dari aktivitas manusia. Jadi sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan berpikir? Yang dimaksud berpikir dalam konteks ini adalah mencari tahu keinginan terdalam dari diri kita. Proses berpikir yang mengarah untuk mencari jati diri kita.

Semakin kita menemukan jati diri kita. Kita akan merasakan gairah dalam hidup kita. Kita akan memiliki banyak energi untuk melakukan berbagai hal dalam hidup ini. Itu semua karena kita mengetahui apa yang kita inginkan.

Ibarat melakukan perjalanan dengan memakai perahu layar. Kita akan dapat menemukan tempat yang kita tuju walau segala rintangan menerpa. Entah itu badai, kabut, perompak. Coba bayangkan apabila kita berlayar tanpa tahu tujuan. Kita hanya berputar-putar mengitari lautan. Makan dari hasil memancing di laut. Terus seperti ini dalam waktu lama. Apakah anda tidak bosan? Kebosanan terlalu lama akan membunuh kita perlahan-lahan. Kita tidak akan menghargai hidup kita. Coba bayangkan lagi bagaimana bila anda menjadi seorang perompak. Mengambil harta, makanan, mungkin juga wanita dari perahu layar orang lain. Bukankan hal ini adalah perbuatan yang sangat rendah?

Ketiga peran diatas, yaitu pelayar yang tahu tujuan, pelayar yang tidak tahu tujuan, perompak adalah salah satu peran yang ada di dunia nyata. Seseorang yang tahu tujuan hidupnya, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya, dan seorang jahat yang mengambil hak orang lain.

Coba kita lihat salah satu dunia kita beraktivitas, yaitu dunia kerja. Ketiga peran itu ada di sana. Pertama, seseorang yang tahu tujuan hidupnya. Ia bekerja untuk belajar. Mempelajari sesuatu yang baru. Setelah berhasil mempelajari hal tersebut. Ia akan belajar sesuatu yang baru lagi. Sampai-sampai ia tidak dapat melihat sesuatu yang dapat di pelajari sehingga ia pindah divisi yang lain yang masih berhubungan dengan bidangnya. Bahkan mungkin ia keluar dari kantor dan pindah ke kantor yang lain. Hal ini dilakukan karena ia ingin menjadi seorang ahli di bidang itu dan berkarya menghasilkan sesuatu agar dunia yang kita tempati menjadi dunia yang lebih baik. Atau mungkin ia ingin menjadi pengusaha karena sudah mengetahui seluk-beluk perusahaan dengan mendetail. Atau mungkin ia ingin menggantikan ayahnya meneruskan perusahaan yang telah dibangun oleh ayahnya karena ia sudah memiliki bekal untuk menjadi penerus perusahaan. Semua ini tergantung kita, apakah tujuan besar yang akan kita capai?

Kedua, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya. Walaupun ia bekerja di kantor dengan hasil yang memuaskan. Kemudian, ia juga sudah dipromosikan sehingga naik jabatan. Serta, masih banyak lagi prestasi-prestasi lain yang didapatkan. Ia tetap merasa hampa. Manusia seperti ini akan mencapai kebosanan yang dapat membunuhnya perlahan-lahan. Menguras energinya sehingga ia tidak dapat menghargai hidup, menghargai orang lain, dan menghargai apa yang dimiliki.

Ketiga, seorang jahat yang mengambil hak orang lain. Korupsi ia lakuan. Entah itu korupsi waktu atau uang perusahaan. Tidak peduli apa pun jabatannya. Korupsi akan dilakukan selama ada peluang. Membeli barang untuk perusahaan, nota di-upgrade sehingga “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan penjual barang. Ada project tender, ia akan memilih vendor yang ia kenal, lagi-lagi karna untuk “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan vendor tersebut. Sedang tidak ada “Bos” di kantor, ia malah asik-asikan merokok sambil bercanda gurau di kantin. Ia lupa bahwa ia digaji untuk bekerja. Masih banyak lagi contoh korupsi yang lainnya karena seorang koruptor selalu menemukan celah untuk melakukan kejahatannya.

Penjelasan diatas adalah tiga peran yang ada di dunia kerja. Ketiga peran ini ada dimana-mana, tidak hanya ada di dunia kerja. Akan mudah untuk melihat kita ketiga peran ini, apabila kita terbiasa mengamati tempat kita melakukan aktivitas. Di mana pun kita berada, kita akan mengambil salah satu peran tersebut. Semua tergantung dari kita sendiri.
Carilah jati diri kita dengan menulis.