Menulis bukanlah suatu keharusan. Tetapi menulis adalah suatu kebutuhan. Setiap manusia mempunyai jalan pikirannya sendiri. Dengan menulis ia dapat mengeluarkan apa pun yang sedang dipikirkannya dalam bentuk tulisan. Terserah ia menggunakan segala macam bahasa, Inggris, Indonesia, Jepang, etc. Bahkan mungkin memakai bahasa gaul.
Selama hidup manusia terus belajar. Terserah orang bilang bahasa-mu aneh, jalan pikiranmu melantur kemana-mana. Satu hal yang pasti dengan tulisan, ia dapat mengambil pelajaran. Jadi, mengapa anda ragu untuk menulis? Tulisan sesuatu mulailah dari sekarang.
Kebanyakan dari kita akan berkomentar seperti ini. Wah, gimana dong saya tidak ada waktu kosong. Mengingat pekerjaan saya yang menumpuk. Mana sempat untuk hal-hal seperti itu. Lagipula saya tidak bisa menulis.
Perlu diingat menulis bukanlah suatu keharusan, suatu beban atau suatu hal yang rumit. Mungkin hal ini akan terasa apabila anda sudah menjadi seorang penulis terkenal yang diburu oleh deadline. Selain itu, penulis perlu juga memikirkan bahasa yang mudah dimengerti orang, jalur berpikir, tata bahasa, dll. Walau hal ini nantinya menjadi pekerjaan editor. Memikirkan itu semua hanya akan membuat kita semakin pusing dan malas untuk menulis.
Menulis adalah suatu penemuan jati diri. Dengan menulis kita akan semakin kenal dengan diri kita sendiri. Apa yang sedang kita pikirkan? Apa jalan hidup kita? Apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Apa keinginan kita? Apa pedoman hidup kita? Apa prinsip hidup kita? Seperti apa anda, nantinya dimasa depan? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang kita temui.
Manusia hanya menjalankan hidup apa adanya. Terkadang manusia malas untuk berpikir, bahkan mungkin ia takut untuk berpikir. Sebagai seorang muslim. Kita sering membaca terdapat manfaat bagi orang-orang yang berpikir.
Bukankah kita berpikir pada saat sekolah, kuliah, dan kerja di kantor. Bukan itu jawaban karena itu semua hanyalah sebagian dari aktivitas manusia. Jadi sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan berpikir? Yang dimaksud berpikir dalam konteks ini adalah mencari tahu keinginan terdalam dari diri kita. Proses berpikir yang mengarah untuk mencari jati diri kita.
Semakin kita menemukan jati diri kita. Kita akan merasakan gairah dalam hidup kita. Kita akan memiliki banyak energi untuk melakukan berbagai hal dalam hidup ini. Itu semua karena kita mengetahui apa yang kita inginkan.
Ibarat melakukan perjalanan dengan memakai perahu layar. Kita akan dapat menemukan tempat yang kita tuju walau segala rintangan menerpa. Entah itu badai, kabut, perompak. Coba bayangkan apabila kita berlayar tanpa tahu tujuan. Kita hanya berputar-putar mengitari lautan. Makan dari hasil memancing di laut. Terus seperti ini dalam waktu lama. Apakah anda tidak bosan? Kebosanan terlalu lama akan membunuh kita perlahan-lahan. Kita tidak akan menghargai hidup kita. Coba bayangkan lagi bagaimana bila anda menjadi seorang perompak. Mengambil harta, makanan, mungkin juga wanita dari perahu layar orang lain. Bukankan hal ini adalah perbuatan yang sangat rendah?
Ketiga peran diatas, yaitu pelayar yang tahu tujuan, pelayar yang tidak tahu tujuan, perompak adalah salah satu peran yang ada di dunia nyata. Seseorang yang tahu tujuan hidupnya, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya, dan seorang jahat yang mengambil hak orang lain.
Coba kita lihat salah satu dunia kita beraktivitas, yaitu dunia kerja. Ketiga peran itu ada di sana. Pertama, seseorang yang tahu tujuan hidupnya. Ia bekerja untuk belajar. Mempelajari sesuatu yang baru. Setelah berhasil mempelajari hal tersebut. Ia akan belajar sesuatu yang baru lagi. Sampai-sampai ia tidak dapat melihat sesuatu yang dapat di pelajari sehingga ia pindah divisi yang lain yang masih berhubungan dengan bidangnya. Bahkan mungkin ia keluar dari kantor dan pindah ke kantor yang lain. Hal ini dilakukan karena ia ingin menjadi seorang ahli di bidang itu dan berkarya menghasilkan sesuatu agar dunia yang kita tempati menjadi dunia yang lebih baik. Atau mungkin ia ingin menjadi pengusaha karena sudah mengetahui seluk-beluk perusahaan dengan mendetail. Atau mungkin ia ingin menggantikan ayahnya meneruskan perusahaan yang telah dibangun oleh ayahnya karena ia sudah memiliki bekal untuk menjadi penerus perusahaan. Semua ini tergantung kita, apakah tujuan besar yang akan kita capai?
Kedua, seseorang yang tidak tahu tujuan hidupnya. Walaupun ia bekerja di kantor dengan hasil yang memuaskan. Kemudian, ia juga sudah dipromosikan sehingga naik jabatan. Serta, masih banyak lagi prestasi-prestasi lain yang didapatkan. Ia tetap merasa hampa. Manusia seperti ini akan mencapai kebosanan yang dapat membunuhnya perlahan-lahan. Menguras energinya sehingga ia tidak dapat menghargai hidup, menghargai orang lain, dan menghargai apa yang dimiliki.
Ketiga, seorang jahat yang mengambil hak orang lain. Korupsi ia lakuan. Entah itu korupsi waktu atau uang perusahaan. Tidak peduli apa pun jabatannya. Korupsi akan dilakukan selama ada peluang. Membeli barang untuk perusahaan, nota di-upgrade sehingga “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan penjual barang. Ada project tender, ia akan memilih vendor yang ia kenal, lagi-lagi karna untuk “bagi-bagi hasil” antara dirinya dengan vendor tersebut. Sedang tidak ada “Bos” di kantor, ia malah asik-asikan merokok sambil bercanda gurau di kantin. Ia lupa bahwa ia digaji untuk bekerja. Masih banyak lagi contoh korupsi yang lainnya karena seorang koruptor selalu menemukan celah untuk melakukan kejahatannya.
Penjelasan diatas adalah tiga peran yang ada di dunia kerja. Ketiga peran ini ada dimana-mana, tidak hanya ada di dunia kerja. Akan mudah untuk melihat kita ketiga peran ini, apabila kita terbiasa mengamati tempat kita melakukan aktivitas. Di mana pun kita berada, kita akan mengambil salah satu peran tersebut. Semua tergantung dari kita sendiri.
Carilah jati diri kita dengan menulis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment