Tumben nih beberapa hari yang lalu gw lagi pengen naik kereta express dari stasiun sudirman "dukuh atas" tuk pulang ke kosan di depok. Kereta itu berangkat sekitar jam 5.30-6 pm sore hari. Oleh karena itu, setelah waktu pulang kantor (jam 5.30) gw langsung ngibrit ke stasiun. Tuk mendapatkan karcis kita perlu merogoh kocek sebesar Rp11rb. Mahal juga ye...Bayangin kalo tiap hari pp (pulang pergi) sudirman-depok naek express. Berarti sehari Rp22rb. Misalkan sebulan kerja 20 hari berarti sebulan keluar biaya Rp440rb. Tuh kan mahal! Makanya bagi yang mo irit, mending naek ekonomi aj. Tapi, hati2 terhadap copet, homo, atau pelaku pelecehan kaum wanita. Gw ga nakutin kok, ni kenyataan :D Makanya persiapkan diri anda.
[Balik lagi ke suasana mo naek kereta ekspress] Pada saat mau beli karcis, kebetulan sekali kereta express sampe stasiun. Oleh karena itu, pembeli karcis mulai resah. Beberapa orang sudah tidak peduli lagi terhadap antrian. Mereka meminta kereta ekspress ke arah bogor pada pihak penjual karcis dengan kata2 begini "Bogor bang..Bogor!". Seolah2 hanya mereka saja yang sedang tergesa2. Egois sekali. Padahal apabila tidak dapat kereta, maka masih ada kereta berikutnya setelah 30-60menit. Ketika itu gw spontan marah sambil mengelurkan kata2 "Ah, kok gini sih! Antri Dong!". Gw dah ga peduli lagi mau dia Ibu2 atau Bapak2. Semua gw gituin.
Ah.....
Sapi terbang, kuda pincang, kampret hamil terkapar kayak timbangan, burung hantu pice, tikus penyek kelindes bis, cicek ke jepit pintu, kecoak sakau, semut kate, buaya kakinya buntung semua.
Itulah tadi hewan-hewan nista tersiksa karena nasib (percaya terhadap qada dan qadar). Daftar hewan2 tadi akan terasa berbeda seandainya Guru TK sedang memperkenalkan hewan-hewan tadi terhadap anak2 TK. Itulah mengapa penting untuk berbicara pada keadaan, waktu dan tempat yang tepat. Berikut salah satu ilustrasinya:
Ketika itu seseorang bernama "Bikek" (nama seseorang yang tidak pernah terdengar) sedang berjalan di salah satu stasiun. Kemudian, tanpa sengaja menginjak kaki seorang preman brewok berperawakan besar dengan emosi yang mudah naik darah. Karena "Bikek" latah bukannya dia langsung meminta maaf. Tetapi, secara spontan dia berteriak "KAMPREET" sekaligus menciptakan hujan buatan tepat di muka preman. Hal ini diperparah dengan kentut Bikek yang bau keluar berbarengan dengan kata "PREET". Suara kentut Bikek otomatis kalah dengan teriakan dia walaupun bunyi yang keluar sama, yaitu "PREET". Kita sudah tahu pasti Bikek akan menderita karna perbuatannya.
Sekian cerita gw. Mohon maaf bagi para hewan yang telah menjadi bahan tekanan emosional. Tekanan emosional dapat berakibat luka psikis yang lebih parah daripada luka fisik karena luka psikis akan lama disembuhkan. Gw tahu ini dari acara "Oprah" ketika sesi tentang kekerasan pada rumah tangga.
Oiya, mohon maaf juga bagi "Kampret" yang namanya sudah disebutkan dua kali. Kampret yang berpikir negatif akan berkata "sial nama gw jadi ejekan". Sedangkan Kampret yang berpikir positif akan berkata "wah keren gw terkenal, nama gw disebut mulu". So guys, think positive for your own good.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
tes doang
Post a Comment